Metode Penginderaan Jauh
Metode Penginderan Jauh
Ø Interpretasi Citra
Interpretasi citra adalah
tindakan mengkaji foto dan atau citra dengan maksud untuk mengenali objek dan
geja la serta menilai arti pentingnya objek dan gejala tersebut, (Estes, 1975
dan Sutarto, 1979).
Jadi di dalam interpretasi
citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan
kegiatan, yaitu:
• deteksi
• identifikasi
• analisis
Setelah melalui tahapan
tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan
seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Pada
dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui
pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.
·
Pengenalan
objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu objek, berarti
penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui
benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor).
Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak
dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman
dari foto udara atau satelit.
·
Identifikasi
Ada 3 (tiga) ciri utama benda yang
tergambar pada citra berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai
berikut:
o
Spektoral
Ciri spektoral ialah ciri yang
dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda yang
dinyatakan dengan rona dan warna.
o
Spatial
Ciri spatial ialah ciri yang terkait
dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan
asosiasi.
o
Temporal
Ciri temporal ialah ciri yang
terkait dengan umur benda atau saat perekaman.
Penilaian
atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara menginterpretasi dan
menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke arah
teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada
tahapan ini,interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada
bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra.
Perekaman data dari citra
berupa pengenalan objek dan unsur yang tergambar pada citra serta penyajiannya
ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari
menguraikan atau memisahkan objek yang rona atau warnanya berbeda dan
selanjutnya ditarik garis batas/delineasi bagi objek yang rona dan warnanya
sama. Kemudian setiap objek yang diperlukan dikenali berdasarkan karakteristik
spasial dan atau unsur temporalnya.
Objek yang telah dikenali
jenisnya, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan tujuan interpretasinya dan
digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara. Kemudian pekerjaan medan
(lapangan) dilakukan untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya. Setelah pekerjaan
medan dilakukan, dilaksanakanlah interpretasi akhir dan pengkajian atas pola
atau susunan keruangan (objek) dapat dipergunakan sesuai tujuannya. Untuk
penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, sementara
analisisnya digunakan untuk penginderaan jauh, sedangkan untuk penelitian
terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang
tertentu seperti geografi, oceanografi, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Dalam menginterpretasi citra,
pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa pengenalan
identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra tidak mungkin
dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan
karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan
digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.
A. Unsur Interpretasi Citra
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengamati kenampakan objek dalam foto udara, yaitu:
1. Rona dan Warna
Rona
atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat
pada foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona yang ada
biasanya adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat kecerahannya tergantung pada
keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah datangnya sinar matahari, waktu
pengambilan gambar (pagi, siang atau sore) dan sebagainya. Pada foto udara
berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang elektromagnetik yang
digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet, spektrum tampak,
spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan penggunaan spektrum gelombang
tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda. Selain itu karakter pemantulan
objek terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga mempengaruhi warna dan
rona pada foto udara berwarna.
2. Bentuk
Bentuk-bentuk
atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi atau kerangka
suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek yang dapat
dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja.
3. Ukuran
Ukuran
merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan
volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan
ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.
Contoh:
Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran yang
tetap, yakni sekitar (80 m - 100 m).
4. Tekstur
Tekstur
adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang mengatakan bahwa
tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan: kasar, halus, dan
sedang.
Misalnya:
Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus.
5. Pola
Pola
atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan
manusia dan bagi beberapa objek alamiah.
Contoh:
Pola aliran sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai
struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur,
yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun
karet, kebun kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi
lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
6. Bayangan
Bayangan
bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Meskipun
demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.
Contoh:
Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga cerobong
asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto yang
sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan
jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama jika
pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.
7. Situs
Situs
adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya permukiman
pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang
tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan
sebagainya.
8. Asosiasi
Asosiasi
adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.
Contoh:
Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih
dari satu (bercabang).
B. Interpretasi Citra Digital
Interpretasi citra digital melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut.
1. Menginstal terlebih dahulu program
Er-Mapper atau ENVI yang merupakan program (software) untuk mengolah citra.
2. Import data, mengimpor data satelit
yang akan digunakan ke dalam format Er Mapper.
3. Menampilkan citra,untuk mengetahui
kualitas citra yang akan digunakan. Jika
kualitas citranya jelek seperti banyak awan, maka proses pengolahan citra tidak
dilanjutkan.
4. Rektifikasi data, untuk mengoreksi
kesalahan geometrik sehingga koordinat citra sama dengan koordinat bumi.
5. Mozaik citra, yaitu menggabungkan
beberapa citra yang saling bertampalan.
6. Penajaman citra, yaitu memperbaiki
kualitas citra sehingga mempermudah pengguna dalam menginterpretasi citra
7. Komposisi peta, yaitu membuat peta
hasil interpretasi citra dengan menambahkan unsur unsur peta seperti simbol,
legenda, skala, koordinat dan arah mata angin
8. Pencetakan, yaitu output peta citra
yang hasilnya dapat digunakan tergantung keperluan.
Sumber:
DigitalGlobe. 2007. Quickbird
Imagery Products (Product Guide). DigitalGlobe, Inc., Longmont
Lo, C.P. 1996. Penginderaan Jauh Terapan (Terjemahan).
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Baru nemu blog ini. Sangat bermanfaat penjelasannya! :D terima kasih Kak
BalasHapus