THE REAL ANGEL CHAPTER 4



Chapter 4

“Payung Kuning”


(Play: It’s Okay even if it hurts by Seohyun SNSD)
Pagi ini terasa lebih dingin dari sebelumnya, angin membuat ranting pohon mengetuk ketuk jendela kamarku. Aku menarik selimut karena kedinginan, walaupun penghangat dikamarku sudah aku atur ke suhu yang lumayan tinggi.
Tapi ini sudah waktu nya aku untuk bangun, aku tidak mau menyerah dengan suhu dingin. Aku harus tetap berangkat ke sekolah.
Sepanjang  perjalananku menuju sekolah, aku seperti tidak menapakan kaki ku. Aku berjalan dengan fikiran kosong. Tsk… aku memang selalu begini, mengawali hari tanpa semangat. Seharian ini pasti akan sangat membosankan.
Melangkahkan kaki dengan perlahan namun pasti, menundukan kepala tanpa melihat kearah depan, membiarkan angin menerpa tubuhku yang aku rasa semakin lemah.
Air mata yang memaksa keluar dari mata… aku coba untuk terus menahannya.
Aku tidak tahu seberapa kuat aku mampu menyembunyikan kesedihan dengan wajah dingin ku. Aku takut… aku takut semuanya akan terungkap. Aku tidak mau terlihat lemah dengan semua kesedihanku, aku tidak mau menjadi pecundang yang menyerah dengan keadaan…
Setiap hari aku menjadi orang lain… mencoba untuk menjadi munafik di hadapan orang banyak.
Setiap hari aku mencoba untuk sibuk… agar aku bisa melupakan kesedihanku.
Tapi kesedihan itu tetap mengikutiku.
Aku terkalu takut… aku takut.
Ketika aku tersadar, seseorang mengikuti ku dari belakang, dan berdiri tepat disampingku…
“Jimin…”
Jiminlah yang mengikutiku…
“yak! Apa yang kau lakukan?!” bentakku
“aku mau berangkat ke sekolah” jawab Jimin polos…
Aku hanya terdiam dan mulai melanjutkan langkahku menuju sekolah dan mencoba mengabaikan Jimin yang terus menanyakan apa aku baik-baik saja.
“Ya Jimin… aku baik-baik saja”
Aku tidak tahu apakah aku meneteskan air mataku ketika aku mengatakan hal itu kepada Jimin.
Jam menunjukan jam 2 p.m, pelajaran hari ini selesai… hujan masih mengguyur sejak tadi, tanpa member isyarat akan berhenti. Aku langsung keluar kelas dan menuju ruang seni. Hari ini adalah jadwal latihanku.
“Nara sunbae… kau datang awal hari ini?” Tanya Kyungri menyambutku ketika aku masuk ruang seni
“iya… aku sangat bersemangat untuk latihan hari ini” jawabku
Kami pun mulai latihan… hari ini yang latihan vocal hanya ada 5 orang, membuat ruangan terasa begitu sepi. Namun aku berusaha untuk terus focus berlatih.
“Nara sunbae… apa itu sepatu barumu?” Tanya Kyungri yang melihat sepatu hadiah yang aku kenakan
“ne… bagus bukan?” tanyaku
“sangat cocok untukmu sunbae” jawab Kyungri dengan senyuman manisnya
“ini hadiah…” kataku
“benarkah? Dari siapa” Tanya Kyungri
“entah… aku tidak tahu” jawabku
“woah, siapa ya pengirim hadiah manis ini?” Tanya Kyungri
Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaannya itu.
“dia pasti orang yang sangat menyayangimu” Kyungri berkata sambil menatap kearah jendela
“tidak ada orang yang menyayangiku di dunia ini”
“tidak ada? Apa sunbae yakin?” Tanya Kyungri
“tentu” jawabku
“bukan tidak ada… mungkin sunbae yang  tidak menyadarinya”
Perkataan Kyungri mampu membuat hatiku terketuk. Apa kah Kyungri benar?
Ketika aku sampai di depan pintu rumah, aku melihat ada sebuah kotak kecil di depan pintu masuk rumahku.
Kotak kecil berwarna merah dengan pita emas…
Aku melihat ke sekitar rumah, barang kali aku bisa menemukan siapa yang mengirimnya. Namun yang kulihat hanya seorang bibi tetanggaku yang sedang memotong rumput.
“bibi… apa kau melihat ada orang yang tadi datang kerumahku?” tanyaku pada bibi itu
“tunggu biar ku ingat ingat…mmm… oh iya! Seorang pria dengan seragam sepertimu”
Pria berseragam SMA? Apa dia orang yang sama dengan si pengirim sepatu?
Hatiku terus bertanya-tanya siapa sebenarnya pengirim hadiah ini?
Ketika aku di dalam kamar, aku memutuskan untuk membuka kotak kecil itu. Ternyata di dalamnya ada sebuah kalung berwarna silver dengan liontin huruf N
N?
Aku juga menemukan secarik kertas kecil berisi surat
Ku harap kau suka sepatu dariku…dan kalung ini, mohon kau bisa menjaganya dengan baik yah
Begitulah isi suratnya…
Berarti orang ini adalah si pengirim sepatu juga… aku memutuskan untuk tidak mengenakan kalung hadiah ini, aku akan menyimpanya sampai bisa tahu siapa sebenarnya identitas pengirim rahasia ini.
Keesokan harinya
Hari ini aku harus berkeliling semua kelas untuk menyebarkan selebaran untuk donasi korban bencana dari ekstrakurikuler social… ya. Aku juga bagian dari ekskul itu.
Tanpa ku duga, aku kebagian masuk ke kelas tingkat 3C. kau tahu itu kelas siapa? Itu adalah kelas Lee Junsu
Aku tidak tahu harus senang atau kesal.
Dengan langkah dan perasaan penuh ragu, aku memberanikan diri masuk ke ruang kelas 3C. ku lihat Junsu Oppa duduk di bangku belakang bersama teman-temannya. Sepertinya mereka sedang bermain atau apa, entahlah aku tidak tahu pasti.
Karena tidak mau terlihat bodoh, jadi aku percepat menyebarkan selebarannya.
Sampailah aku di depan Junsu Oppa dan teman-temannya…

Lalu tiba-tiba saja teman-temannya langsung pergi meninggalkan Junsu Oppa. Membuatku kini hanya berdua dan saling berhadapan dengan Junsu Oppa
“selebaran apa ini?”
(Play: Play your love by After School)

Tidak ku sangka Junsu Oppa bertanya kepadaku! Kali ini aku harus menjawabnya.
“ini…ini selebaran tentang donasi untuk korban bencana sunbae” jawabku dengan suara sedikit bergetar
“ooh…”
Aku langsung membungkukan badan dan membalikan badan untuk menuju pintu. Namun…
“Namamu siapa?” pertanyaan itu terlontar dari mulut Junsu Oppa yang sukses membuat jantungku berhenti berdetak
“eoh?” karena kaget, kau hanya bisa mengeluarkan perkataan itu
“namamu siapa?” tak kusangka Junsu Oppa kembali bertanya, dan kali ini dia memberi senyuman kepadaku
“aku…aku Jung Nara” jawabku dengan sangat canggung
“siapa?” Junsu Oppa mendekatkan badannya kepadaku
Dengan posisi seperti ini aku merasa sangat gugup untuk berkata-kata. Namun aku harus menjawabnya
“namaku Jung Nara” jawabku dengan nada yang ku rasa semakin bergetar
“ooh…perkenalkan nama ku Lee Junsu” Junsu Oppa mengarahkan tangannya untuk berjabat tangan dengan ku.
Aku pun membalas jabat tangannya… mungkin dia bisa merasakan bahwa tanganku sangat terasa dingin sekarang ini.
“ne, aku sudah tahu”
Oops!!! Aku seperti orang bodoh. Aku langsung berfikir untuk mencari alasan agar meluruskannya
“kita kan pernah bertemu di café bukan? Hehe…” alasan itu yang aku gunakan
“oh iya… yasudah, semoga sukses yah dengan acara ekskul sosialnya”
Tanpa memberi kesempatan menjawab, Junsu Oppa langsung berlalu meninggalkanku.
Aku seperti ingin meledak!!!
Aku langsung berlari kearah toilet dan
WAAAAA!!!!!!!!!!!
Mungkin teriakan ku akan terdengar hingga langit ke tujuh.
Aku benar-benar merasa bahagiaaaaaaaaa sekali. Akhirnya setelah sekian lama, aku dan Junsu Oppa bisa berkenalan dan berjabat tangan!!!
Ini benar-benar hari yang luar biasa!!!
Sesampainya dikelas aku langsung menceritakan kejadian ini pada Yuri. Dia langsung merasa tidak percaya. Namun akhirnya dia ikut senang juga.
Aku bahkan tidak bisa menyembunyikan kegembiraanku kali ini.
“selamat ya” ujar Yuri
Aku hanya tersenyum dengan lebar dan memeluk Yuri dengan erat.
Setelah kelas selesai aku langsung bergegas pulang karena cuaca sudah mulai mendung.
Ketika sampai di parkiran dekat  gerbang keluar sekolah, tanpa di duga aku nyaris saja tertabrak sebuah mobil. Hal ini terjadi karena aku terhelincir jalanan yang sedikit licin. Untung saja mobil tersebut berhenti.
Setelah ku ingat-ingat, ternyata…
Itu adalah mobil Junsu Oppa!!!
Dan ku lihat di dalam mobil ada Junsu Oppa dan SooJung sedang melihat ke arahku sambil tersenyum.
Argh!!! Pasti mereka mentertawakan aku…
Karena malu, aku langsung mengambil langkah seribu meninggalkan lokasi mengerikan itu.
Pasti mereka sekarang tertawa senang setelah melihat tingkah bodohku tadi. Haish… baru saja merasa senang karena perkenalan tadi, aku malah merusak hari ini dengan tingkah bodoh. Argh!!!!!!!!!
(Play: The one like you by Jessica Jung)

Ketika aku berjalan pulang tiba-tiba hujan turun dengan deras. Aku langsung berteduh ke salah satu halte bus di pinggir jalan.
Sudah setengah jam lebih aku menunggu hujan berhenti, namun hujan tidak juga berhenti. Aku merasa sangat kedinginan. Jika hujan tidak berhenti juga, aku rasa aku akan mati beku disini. Aku juga sudah merasa bosan duduk sendirian di tempat ini.
Tiba-tiba aku melihat Jimin melintas dengan menggunakan payung berwarna kuning. Dia pun melihat kearahku dan berjalan mendekatiku.

“Nara kau sedang apa?” Tanya Jimin
“aku menunggu hujan reda” jawabku dingin
“bagaimana kalau kau berjalan bersamaku menggunakan payung ini?” ajak Jimin
“pergilah” usirku
Jimin malah menutup payung nya dan duduk disebelahku.
“ku bilang pergilah” tegasku
“aku tidak akan tega meninggalkan orang yang aku sayangi sendirian disini” Jimin melihat kearahku dan memberi sedikit senyumannya
Aku hanya diam dan membuang muka.
Tidak terasa hampir setengah jam berlalu… karena kedinginan aku menggosok gosokan kedua telapak tanganku.
Melihat hal itu Jimin langsung mengambil sesuatu di dalam tasnya.
“ini jaketku… ini memang tipis, tapi cukup hangat ko” Jimin memberikan jaket berwarna putih kepadaku.
Awalnya aku ingin menolaknya, tapi karena aku sudah sangat kedinginan, jadi aku terpaksa menerimanya.
Jimin pun membantu aku untuk memakai jaket putih itu.
Memang tidak terlalu tebal, tapi entah mengapa jaket ini ku rasa begitu hangat di tubuhku…
Saat aku sadar, ternyata sedari tadi Jimin terus melihat ke arahku, dengan senyuman mengerikannya…
Aku tidak tahu maksud dibalik senyuman itu… tapi senyumannya sukses membuatku sedikit gugup dan takut
Aku juga tidak mau membentaknya kali ini…
Tiba-tiba Jimin meraih kedua tanganku dan menggosokan kedua telapak tanganku…lalu ia menempelkan kedua telapak tanganku ke pipi ku.
Awalnya aku hanya terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.
Tapi hal ini tentu membuatku sangat keget dan aku langsung berusaha melepaskan tanganku dari genggamanya
“yak!!!” aku membentaknya dengan nada tinggi
“ini akan membuatmu lebih hangat” ujar Jimin dengan nada rendah
Karena kesal dengan tindakan Jimin, aku langsung lari meninggalkan Jimin, aku juga melepaskan jaket yang ia berikan tadi.
Aku berlari menerobos hujan yang sedikit sudah reda.
Jimin terus memanggilku dan berusaha mengejarku. Namun aku terus berlari dengan sedikit menutupi kepalaku dari hujan gerimis.
Ketika aku sampai rumah, betapa terkejutnya aku melihat sebuah kotak berwarna merah muda dengan pita hijau.
Aku bertanya-tanya siapa sebenarnya pengirim hadiah-hadiah ini.
Pria berseragam SMA? Siapa kau sebenarnya?
Ku bawa kotak itu masuk dan ku buka sesampainya di kamar.
Ternyata isinya sebuah…album?
Ku buka album bersampul emas dan bertuliskan Uri Nara
Di dalam album itu…
Terdapat foto-fotoku.
Sepertinya foto-foto ini di ambil tanpa aku sadari… dari semua foto, aku sama sekali tidak pernah melihat kearah kamera…
Hatiku makin berkecamuk dengan rasa penuh penasaran. Siapa di balik semua ini?
Aku harus tahu siapa orang dibalik semua ini…
Aku meletakan album itu ke dalam lemari, bersama dengan sepatu dan kalung yang pernah ku dapat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Individu Dalam Organisasi

Review Buku “The Urban Design Process” (Hamid Shirvani)