Penggunaan Bahasa Indonesia yang Efektif
BAB I
Pendahuluan
- Latar
Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa indonesia yang
digunakan untuk berkomunikasi dalam berbagai aspek kehidupan. Namun dalam
penerapan masih banyak orang yang jauh dari berbahasa indonesia yang baik dan
benar dalam komunikasi sehari-hari.
Kita sering mendengar ungkapan berbahasa indonesia dengan baik
dan benar. Selain itu juga anjuran pakailah bahasa indonesia yang baik dan
benar. Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa secara resmi juga menghimbau
agar kita berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Akan tetapi apakah kita
telah mengetahui atau memahami apa yang dimaksud dengan bahasa indonesia yang
baik dan benar.
Oleh karena itu makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran
mengenai bagaimana berbahasa indonesia yang baik dan benar.
- Rumusan
masalah
- Apakah
pengertian bahasa indonesia yang baik dan benar?
- Pengertian
bahasa indonesia baku?
- Apa
saja Ciri-ciri ragam bahasa baku?
- Apa
saja Fungsi bahasa baku?
- Apa
saja kesalahan umum penggunaan bahasa indonesia?
BAB II
Pembahasan
- Bahasa
Indonesia yang Baik dan Benar
- Pengertian
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Sesungguhnya dalam ungkapan bahasa Indonesia
yang baik dan benar terkandung dua pengertian yang berkaitan satu sama lain.
Pengertian pertama berkaitan dengan ungkapan “bahasa Indonesia yang baik”.
Sebutan baik atau tepat di sini berkaitan dengan soal keserasian atau
kesesuaian yaitu serasi atau sesuai dengan situasi pemakai. Pengertian kedua
berkaitan dengan istilah “bahasa Indonesia yang benar”. Sebutan benar atau
betul di sini berhubungan dengan soal keserasian dengan kaidah. Penggunaan
bahasa Indonesia yang benar adalah penggunaan bahasa indonesia yang menaati
kaidah tata bahasa. Sedang maksud kaidah di sini adalah kaidah bahasa Indonesia
baku atau yang dianggap baku. Maksudnya adalah bahasa yang telah distandardisasikan
berdasarkan hukum berupa keputusan pejabat pemerintah atau sudah diterima
berdasarkan kesepakatan umum yang wujudnya ada pada praktik pelajaran bahasa
pada khayalak.
Dengan penjelasan ini tampak bahwa bahasa yang
kita gunakan, agar mengenai sasarannya, tidak selalu beragam baku. Dalam
tawar-menawar di pasar dan di warung, misalnya, pemakaian ragam baku akan
menimbulkan kegelian, keanehan, keheranan, bahkan kecurigaan. Jadi pada
asasnya, kita menggunakan bahasa yang baik, artinya yang tepat tetapi tidak
termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang benar
tetapi tidak baik penerapannya karena suasanya mensyaratkan ragam bahasa yang
lain.
Agar lebih jelas mengenai pengertian bahasa
yang baik dan benar,sebagai berikut ini contohnya :
Contoh 1:
Dalam tawar menawar di pasar, seorang pembeli akan cenderung
menawar dengan ucapan : “satu kilo berapa?”, “bisa ditawar?”daripada
menggunakan kalimat yang panjang seperti : “Berapakah harga satu kilo jeruk?”,
“Bolehkah saya menawarnya?.”(Bagaimanakah kira-kira reaksi penjual jeruk
mendengar pertanyaan dari seorang pembeli dengan pertanyaan-pertanyaan seperti
itu?). Pemakaian ragam bahasa baku (seperti kalimat yang kedua) akan
menimbulkan kegelian, keheranan atau kecurigaan. Kalimat tersebut sebagai
contoh kalimat yang tidak baik tetapi benar.
Contoh 2:
Dalam rapat kantor, seorang pejabat fakultas memulai rapat resmi
dengan pemakaian bahasa Indonesia seperti kalimat berikut. “Bapak-bapak dan
saudara-saudara sekalian, ayo deh, kite mulai aje rapat kali ini, ntar keburu
ujan”. Okey you dah pada siap kan?. (Apa jadinya apabila pejabat fakultas
memulai acara rapat formal dengan kalimat seperti itu?) tentu saja akan merubah
suasana menjadi tidak formal dan berwibawa. Kalimat di atas merupakan penggunaan
bahasa Indonesia yang tidak baik dan benar. Karena kalimat yang digunakan tidak
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Contoh 3:
Dalam rapat di kantor, seorang pjabat Universitas memulai rapat
resmi dengan pemakaian bahasa Indonesia seperti kalimat berikut ini.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu, acara rapat senat siang ini marilah kita buka
bersama-sama dengan membaca basmalah. “Kalimat tersebut benar, karena kalimat
yang digunakan memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
- Bahasa
Indonesia Baku
- Pengertian
Bahasa Indonesia terdiri atas berbagai ragam,
tiap-tiap ragam itu memiliki kekhasan. Akan tetapi, dari berbagai ragam itu
masih dapat dikenali dan dimengerti sebagai bahasa Indonesia karena
masing-masing memiliki ciri umum yang sama, yang mengacu pada salah satu ragam
yang dianggap sebagai patokannya. Ragam yang dianggap sebagai patokan inilah
yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian ragam yang lain. Dengan adanya
tolok ini orang dapat mengetahui mana pemakaian bahasa yang benar dan mana yang
tidak benar. Ragam bahasa yang mengemban fungsi sebagai tolok semacam itu
disebut dengan bahasa baku ataubahasa standar. Dengan
demikian, bahasa Indonesia baku merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia
yang berfungsi sebagai tolok bandingan bagi pemakaian ragam bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia baku disebut juga bahasa Indonesia yang formal, yaitu bahasa
Indonesia yang dituturkan dalam situasi resmi.
Secara lebih rinci, ragam bahsa Indonesia baku
dipakai dalam situasi berbahasa sebagai berikut:
- Untuk
komunikasi resmi, seperti dalam upacara-upacara kenegaraan, rapat-rapat
dinas, surat-menyurat resmi,dan sebagainya.
- Untuk
wacana teknis, seperti laporan kegiatan, usulan proyek, lamaran pekerjaan,
karya ilmiah,dan sebagainya.
- Pembicaraan
di depan umum, misalnya pidato, ceramah, khotbah, pengajaran di
sekolah,dan sebagainya.
- Berbicara
dengan orang yang patut dihormati misalnya guru, pejabat pemerintahan,
atasan, atau orang yang belum atau baru saja dikenal.
- Ciri-ciri
Ragam bahasa baku atau standar memiliki tiga ciri yaitu :
- Kemantapan
dinamis
Bahwa bahasa baku haruslah memiliki kaidah dan aturan yang
tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiao saat,jadi kaidah-kaidah
haruslah konsisten.
- Kecendekiaan
Bahwa perwujudannya dalam kalimat, paragraph, dan satuan bahasa
lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur,
logis, dan masuk akal.
- Keseragaman
Bahwa bahasa baku mempraanggapkan, adanya keseragaman
kaidah.Akan tetapi, perlu diingat bahwa yang terjadi adalah penyeragaman kaidah,
bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman ragam/variasi bahasa.
- Fungsi
Selain memiliki ciri-ciri, bahasa baku atau standar memiliki
berbagai fungsi. Fungsi yang dimaksud ada empat yaitu:
- Fungsi
pemersatu,
- Fungsi
pemberian kekhasan,
- Fungsi
pembawa kewibawaan, dan
- Fungsi
sebagai kerangka acuan.
- Kesalahan
Umum Penggunaan Bahasa Indonesia
Pembentukan kata, kelompok kata, dan kalimat
bahasa baku selalu mengikuti kaidah tata bahasa dari bahasa yang bersangkutan.
Jadi, bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah tata
bahasa Indonesia.Pemilihan kata dalam rangka penyusunan kalimat baku dilakukan
secara cermat agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima secara baik
oleh pembaca atau mantra bicara.
Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamran
atau sejenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik
dan benar. Baik memungkinkan tulisan itu dapat diterima oleh siapapun dan benar
artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah dibakukan. Kesalahan
kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, maupun salah tindakan. Untuk
membuat atau menyusun kalimat dengan baik dan benar tidaklah mudah. Dari
sejumlah penelitian yang telah dilakukan, ditemukan berbagai kesalahan umum
yang biasa dilakukan oleh para pemakai bahasa Indonesia dalam penyusunan
kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan itu
menurut Widjono (2005:153) dapat dirinci sebagai berikut:
- Kesalahan
struktur
- Kalimat
aktif tanpa subjek.
Contoh:
- Menurut ahli hokum menyatakan bahwa krisis ekonomi di
Indonesia segera berakhir jika hukum ditegakkan. (salah)
- Ahli
hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berahkhir jika
hokum ditegakkan. (benar)
- Menempatkan
kata depan di depan subjek,
dengan kata depan ini subjek berubah fungsi menjadi keterangan.
Contoh:
- Di
Pekalongan memiliki pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (salah)
- Di
Pekalongan terdapat pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (benar)
- Tanpa
unsur predikat menempatkan kata yang di
depan predikat, dengan kata ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan
subjek.
Contoh:
- Dokter
yang bekerja di rumah sakit. (salah)
- Dokter
bekerja di rumah sakit. (benar)
- Menempatkan
kata depan di depan objek, seharusnya
kata kerja transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan.
Contoh:
- Mereka
mendiskusikan tentang keselamatan di jalan. (salah)
- Mereka
mendiskusikan keselamatan di jalan. (benar)
- Menempatkan
kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat.
Contoh:
- Ia
rajin. Sehingga selalu mendapat juara kelas. (salah)
- Ia
rajin belajar sehingga selalu mendapat juara kelas. (benar)
- Berupa
anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat.
Contoh:
- Meskipun
sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)
- Meskipun
sudah kaya raya, ia tetap bekerja karas. (benar)
- Salah
urutan.
Contoh:
- Majalah
itu saya baca. (salah)
- Saya
sudah membaca majalah itu. (benar)
- Kesalahan
diksi
- Diksi
kalimat salah jika :
- Menggunakan
dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar- supaya,adalah -merupakam,
bagi- untuk, demi- untuk, naik- ke atas, turun- ke bawah, dan
lain-lain.Contoh:
- Ia
selalu minum obat agar supaya penyakit yang sedang
diderita sembuh. (salah)
- Ia
selalu minum obat supaya penyakit yang sedang diderita
sembuh. (benar)
- Menggunakan
kata Tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana, bagaimana,
mengapa, dan lain-lain.Contoh:
- Desa di
mana kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah
menjadi kota. (salah)
- Desa tempat kami
dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah menjadi kota. (benar)
- Menggunakan
kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya – tetapi seharusnyatidak … tetapi atau tidak
hanya – tetapi juga, bukan hanya – tetapi
juga seharusnyabukan hanya – melaikan juga.Contoh:
- Ia tidak hanya
cantik melainkan juga sopan santun. (salah)
- Ia tidak hanya
cantik tetapi juga sopan santun. (benar)
- Menggunakan
kata berpasangan (verba berpreposis) secara idiomatic yang tidak sesuai.
Misalnya:
Benar
|
Salah
|
Bergantung
kepada/pada
|
Tergantung dari
Tergantung dari pada
Bergantung dari
|
Berbeda dengan
|
Berbeda dari/
daripada
|
Disebabkan oleh
|
Disebabkan karena
|
Hormat
akan/kepada/terhadap
|
Hormat atas/sama
|
Berdasar pada/kepada
|
Berdasarkan
atas/pada kepada (berdasarkan)
|
Terdiri atas (dari)
|
terdiri
|
Sesuai dengan
|
sesuai
|
Contoh:
- Model
pakaian itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)
- Model
pakaian itu sesuai dengan minat orang tersebuat. (benar)
- Penempatan
numeralia distrubituf
Kata setiap, tiap-tiap, dan masing-masing termasuk
numeralia distributif. Kata setiap atau tiap-tiap memiliki
arti yang sangat mirip dengan katamasing-masing. Perbedaannya adalah
kata masing-masing berdiri sendiri tanpa nomina, sedangkan
kata setiap dan tiap-tiap tidak bisa berdiri
sendiri tanpa nomina. Contoh:
- Masing-masing mahasiswa dianjurkan memiliki buku ajar. (salah)
- Setiap mahasiswa dianjurkanmemiliki buku ajar. (benar)
- Diksi
atau kalimat kurang baik (kurang santun)
- Menonjolkan
akunya dalam suasana formal, misalnya: aku dan saya.
- Pilihan
kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya: menurut
pendapat saya… sebaiknya menggunakan data menunjukkan bahwa…
penelitian membuktikan bahwa…, pengalaman membuktikan bahwa…
- Menggunakan
kata yang tidak jelas maknanya.
- Diksi
tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
- Penolakan
dan pembuktian tanpa makna yang pasti (eksak).
- Kesalahan
ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat
efektif, bukan hanya memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat
mengakibatkan kesalahan kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan
dalam keseluruhan penulisan (lebih lanjut lihat Buku Ejaan Yang
Disempurnakan).
Jenis kesalahan ejaan:
- Penggunaan
huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal,
- Pemenggalan
kata,
- Penulisan
kata baku,
- Penulisan
unsure serapan
- Penulisan
kata asing tidak dicetak miring,
- Penggunaan
tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda petik
satu(‘…’), tanda penyngkatan (‘…), dan lain-lain
- Penulisan
kalimat atau paragarf: induk kalimat dan anak kalimat,kutipan langsung,
kutipan tidak langsung,
- Penulisan
keterangan tambahan, penulisan aposisi
- Penulisan
judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar,
majalah, jurnal,
- Penulisan
judul bab, subbab, bagian, subbagian,
- Penulisan:
daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan bibliografi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam urainan diatas dapat dismpulkan bahwa
bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang dalam
penggunaan nya sesuai dengan kaidah tata bahasa.Kaidah bahasa yaitu kaidah
bahasa Indonesia baku atau yang danggap baku. Oleh karena itu, kita sebagai
warga negara Indonesia dianjurkan menggunakan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam situasi resmi maupun kehidupan sehari-hari.Namun masih
minim nya pengetahuan tentang bagaiman bahsa Indonesia yang baik dan
benar,sehingga masih banyak yang tidak menggunakan nya secara tidak tepat.
Komentar
Posting Komentar