THE REAL ANGEL CHAPTER 2
Chapter 2
“Sepatu Hitam”
Pagi
yang tenang, aku duduk manis di kursi bar yang ada di dapur sambil mengaduk –aduk
teh hangat yang aku buat.
“Nara ya… apa kau sudah
menyelesaikan PR mu?” Tanya Hana Unnie
“kau tidak usah
berpura-pura peduli dengan ku dengan menanyakan PR ku” jawabku dingin
“berpura-pura?”
“ya… kau bahkan tidak
melepaskan pandanganmu dari televisi ketika bertanya kepadaku. Itu sudah
menjadi bukti bahwa kau hanya berpura-pura.”
Aku langsung menaiki
tangga dan masuk ke kamar
“Yak!!! Kenapa kau
begitu kejam kepada Unniemu sendiri!!! Jung Nara!!!” teriak Hana Unnie
Beginilah
aku dan Unnieku. Tidak pernah akur. Menurutku Hana Unnie sangat menyebalkan. Dia
terlalu sibuk dengan dunianya. Terlalu sibuk bekerja, sibuk dengan Woori Oppa…
dia sangat menyebalkan!
Hari
ini adalah hari Sabtu. Aku tidak pergi ke sekolah karena hari ini sekolah
libur. Jadi aku memutuskan untuk bermalas malasan seharian di tempat tidurku.
Tiba-tiba handphone ku bergetar…
Ternyata ada pesan
masuk.
Dari Jimin…
Good morning sayangku… kau sudah bangun bukan? Kau ingat hari apa
ini? Jangan lupa datang ya di pertandingan finalku… jam 2 siang, okay?
Saranghae ^__^
Aku bahkan terlalu
malas untuk menjawabya…jadi aku putuskan untuk tidur kembali.
…
“Nara… jika kau ingin makan
siang, aku sudah menyiapkannya di meja makan!!! Aku pergi bekerja dulu!!! Jaga
rumah ya!!!” terdengar suara teriakan dari luar kamarku
Aku terbangun mendengar
suara Unnie (kaka) ku
Tiba-tiba handphone ku
bergetar.
Ternyata dari Yuri
Nara kau dimana? Kau tidak datang dipertandingan basket?
Si gila ini. Memangnya
sekarang jam berapa?
Astaga sekarang sudah
jam 2!!! Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Aku langsung membalas pesan Yuri
Apa menurutmu aku akan hadir untuk menonton Jimin?
Yuri membalas…
Disini ada Junsu Oppa!!!!
What??!!!
Tanpa pikir panjang aku
langsung bangkit dari tempat tidur dan bersiap menuju sekolah.
Yuri memang sudah tahu
bahwa aku sangat menyukai Junsu Oppa.
…
Sesampainya disekolah…
Aku masih
terengah-engah karena harus berlari menuju kesekolah. Kulihat Yuri
melambai-lambaikan tangannya dikejauhan. Akupun langsung menghampirinya dan langsung
duduk disampingnya.
“apa pertandingannya
sudah mulai?” tanyaku pada Yuri
“belum…” jawab Yuri
“apa benar Junsu Oppa
datang?” tanyaku
“benar… dia kesini
untuk menonton juga. Kau tahu kan di team basket kita ada salah satu
sahabatnya. Jadi dia datang untuk menonton sahabatnya itu” papar Yuri
“ooh…sekarang dia
dimana?” tanyaku dengan nada penasaran
“dia disamping
kananmu…” jawab Yuri berbisik
Aku langsung menoleh
kaget. Dan ternyata…
Sung Yuri!!! Kenapa kau
begitu bodoh!!!
Tunggu dulu…
Apa itu ditelinga Junsu
Oppa?
Oaah…syukurlah ternyata
ia mengenakan earphone, jadi tidak
bisa mendengarku bukan?
“apa kau fikir aku
sebodoh itu?” Tanya Yuri mengagetkanku
“kau memang bodoh”
jawabku dingin.
Selama
menunggu pertandingan dimulai, aku tidak melepaskan pandangan ku dari Junsu Oppa,
aku tidak pernah membayangkan aku bisa duduk bersebelahan seperti ini. Jantungku
serasa ingin meletup dan ingin berteriak Junsu Oppa SARANGHAE!!! Tapi sayangnya
aku tidak punya nyali untuk mengungkapkannya. Lagi pula aku tidak ingin
dianggap gila karena menyatakan cinta kepada seseorang yang sudah punya
kekasih.
“Nara kau datang?” Tanya
Jimin mengagetkanku
“Ish!!! Kau
mengagetkanku!” bentakku
“Mianhe… kau boleh
marah seeesuka mu uri Nara… karena kemarahanmu itu bagai vitamin bagiku”
“Jimin… “
“ne?”
“apa kau sudah
gila??!!!” bentaku lagi
“kau benar…aku
tergila-gila padamu” jawab Jimin sambil memberi wink (kedipan mata) kepadaku
“Yak!!!” kali ini
suaraku benar-benar keras sampai semua orang melihat kearahku
Karena malu aku hanya
menyembunyikan mukaku dibalik badan Yuri
“aku harus mulai
bertanding… jangan lupa doakan aku yah sayang…. “ Jimin pergi menuju lapangan
Aku hanya terus menatap
Jimin dengan pandangan kesal
“Nara… apa menurutmu Jimin
dan teamnya akan menang?” Tanya Yuri
“Anio (Tidak)… lawan
mereka sangat tangguh, jadi aku datang kesini untuk melihat Jimin kalah” akupun
langsung menunjukan evil smile ku
“uuu…kau sangat kejam
dan bodoh! Di saat seperti ini kau malah menginginkan team basket sekolahmu
sendiri kalah… dasar si bodoh dari Busan!!!”
“Yak!!! Berhenti
memanggilku dengan sebutan jelek itu!”
“bagaimana kalau kita bertaruh?”
Tanya Yuri
“eoh? Boleh…tentu saja
boleh” jawabku
“jika Jimin dan teamnya
kalah, aku akan mentraktirmu makan selama satu minggu penuh, tapi jika Jimin
dan team nya menang…”
“aku tahu…aku harus
mentraktirmu makan selama satu minggu penuh juga kan?”
“Bukan…”
“lalu apa?” tanyaku
“Jika Jimin dan teamnya
menang… maka kau harus kencan berdua dengan Jimin”
“apa??? Taruhan macam
apa itu?” tanyaku kesal
“deal?” si bodoh Yuri
malah menanyaku balik
Apa
yang harus kulakukan? Apa aku harus menerima taruhan ini? Apa jadinya jika aku
mengajak Jimin kencan? Pasti dia sangat besar kepala… ya, memang selama setahun
lebih kami berpacaran kami belum pernah sekalipun kencan berdua… entah mengapa?
Bahkan Jimin pun belum pernah mengajaku kencan berdua, jika aku kali ini mengajak
Jimin kencan, maka ini akan menjadi kencan pertama kami setelah setahun
berpacaran.
Tidak… aku yakin Jimin
dan teamnya akan kalah, lawan mereka adalah juara tahun lalu. Jadi Jimin dan
teamnya pasti kalah!
“Baiklah… deal!”
jawabku sambil bersalaman dengan Yuri
“woaaah… bersiaplah Jung
Nara” ujar Yuri
“kau yang seharusnya
bersiap… kau harus mentraktirku selama seminggu penuh, jadi persiapkanlah isi
dompetmu ya, karena aku sangat suka makan”
Yuri hanya cemberut
ketika aku berkata begitu
Pertandinganpun dimulai
Score demi score pun
berhasil dibuat team lawan. Hal ini tentu membuatku sangat senang.
“kau lihat Yuri…”
ejekku
“score nya hanya beda
sedikit… jadi aku yakin team sekolah kita mampu mengejarnya” ujar Yuri
“kau sangat percaya
diri”
Ketika aku menoleh ke
kananku…aku lihat sosok Junsu telah menghilang… bodohnya aku!!! Aku terlalu
focus terhadap pertandingan sampai sampai aku melupakan Junsu!
“Yuri ya… kau lihat Junsu
Oppa kemana?
“ada disampingmu
kan…”jawab Yuri yang tidak bisa melepaskan matanya dari lapangan
“dia sudah tidak ada…”
jawabku kesal
“benarkah?” dia
bertanya tanpa melihat ke arahku
Aku hanya terdiam dan
menatap Yuri sinis.
…
Menit-menit terakhir
pertandingan…
Team lawan memimpin!!!
Namun hanya unggul satu score dari teamnya Jimin.
“woaaaah…aku bahkan
sampai tidak bisa bernafas karena terlalu excited
dengan pertandingan!!!” ucap Yuri
“aku kira kau tidak
bisa bernafas karena kau bo…” belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku
“yeaaaaaaay!!!! “
teriakan Yuri memekikan telingaku
Ternyata Jimin berhasil
mencetak 3 point yang membuat keadaan berbalik. Jimin dan team nya unggul.
“kau jangan senang dulu
Sung Yuri!!! Pertandingannya kan belum berakhir” bentakku kesal
Tiba tiba saja suara
pluit tanda pertandingan berakhir terdengar. Hal ini tentu membuat sekujur
tubuhku terpaku.
Dengan bahagia nya Yuri
melompat-lompat kegirangan sambil terus mengejekku.
Aku hanya bisa terdiam
dan terus menatap kearah lapangan. Aku melihat Jimin dilapangan sedang
tersenyum dengan lebarnya.
Yang ada difikranku
hanyalah rasa kesal!!!
Aku harus berkencan
dengan Jimin!!!
“arghhh!!!!” aku langsung
keluar meninggalkan bangku penonton
“Jung Nara!!! Jung Nara
tunggu” Yuri terus memanggilku namun aku tidak peduli.
Sepanjang
perjalanan pulang aku hanya cemberut dan membayangkan betapa bahagianya Jimin
nanti ketika aku mengajaknya kencan. Senyumannya pasti akan sangat
mengerikan…di tambah sorot matanya yang tajam pasti akan membuatku mual.
...
“aku pulang!!!” teriaku
ketika masuk rumah
“Jung Nara kau sudah
pulang?” suara pria terdengar ditelingaku
“eoh?” tanyaku kaget
Ternyata di dalam
rumahku ada Woori Oppa… ish!!! Pasti Hana Unnie yang mengizinkannya masuk.
“kau kenapa ada disini?!”
tanyaku dengan nada marah
Woori Oppa hanya
terdiam
“aku yang mengajak Woori
untuk mampir. Aku baru saja masak sup rumput laut yang sangat banyak, jadi aku
mengajaknya mampir…kau tidak keberatankan?” alih-alih Woori Oppa yang
menjawab,malah Hana Unnie yang menjawab
“ ya…aku sangat tidak
keberatan!” tegasku
Aku langsung menaiki
tangga dan menuju kamar.
Apa mereka gila? Kenapa
bisa-bisanya mereka berkencan dirumah ini!!! Sangat menjengkelkan!
Tiba-tiba hanphone ku
bergetar
Ternyata pesan masuk
dari Yuri
Naraya… apa kau sudah mengajak Jimin untuk pergi berkencan? :p
Yuri pasti sudah bosan
hidup!
Aku langsung
membalasnya
Yak!!! Bersiaplah untuk menerima pukulanku jika kita bertemu nanti!
Apa yang harus aku
lakukan? Apa aku benar benar harus mengajak Jimin kencan? Haish… aku pasti bisa
gila.
“Nara!!!” tiba tiba
suara Unnie mengagetkanku
“ne???” sahutku
“ayo turun dan makan
bersama kami… nanti supnya dingin”
“aku lebih suka sup
beku!!!” teriakku
“baiklah aku akan
menyimpannya dikulkas…nanti kau bisa hangatkan sendiri kan?!” Tanya Unnie
dengan nada mengejek
“apa kau gila?!!!”
bentakku
“oiya…jika kau turun
nanti, ambil kotak diatas meja makan. Itu barang kiriman untukmu. Setelah makan
aku akan pergi bersama Woori!” paparnya
Kiriman??? Aku bingung…
Siapa yang mengirimku
barang?
Setelah
mandi dan berganti pakaian aku langsung turun kelantai bawah karena perutku
sudah lapar. Aku langsung menuju meja makan dan melihat disana ada box lumayan
besar terbungkus dengan rapi.
Siapa yang
mengirimkannya ya? Hanya itu yang ada dibenakku
Karena penasaran, aku langsung
membuka box itu.
Ternyata isinya adalah
sepasang sepatu berwarna hitam dengan pita merah yang manis diatasnya.
Sepatu itu sangat
cantik… dan sangat manis.
Tapi aku masih
bertanya-tanya siapa kira-kira yang memberikan hadiah ini untukku.
…
Setelah makan aku langsung
menuju kamar. Aku tetap masih bertanya-tanya siapa si pengirim hadiah itu.
Apakah Ayah? Atau Ibu?
Atau jangan-jangan… Jimin?
Ayah?
Tidak-tidak…ayah tidak
pernah membelikan hadiah apapun kepadaku sebelumnya. Jadi tidak mungkin dia.
Ibu?
Tidak-tidak… ibu sangat
pelit, dia tidak mungkin memberiku hadiah…bahkan ketika aku ulang tahun pun dia
tidak memberikanku hadiah apapun.
Jiminie?
Apa iya?
Aku langsung mengambil
handphone dan berniat untuk megirim pesan padanya. Tidak, lebih baik aku langsung
menelponnya bukan?
(Teks berwarna
menunjukan percakapan di telpon)
“Yak!!!
Apa kau yang mengirimi aku sepatu?”
“Sepatu? Sepatu apa?”
“Aku hanya perlu kau menjawab iya atau tidak”
“Tidak… kau”
Toot…toot…toot.
Aku
langsung menutup telponnya.
Bukan Jimin… lalu
siapa?
Tunggu chapter 3 ya ^__^
Komentar
Posting Komentar