KAPASITAS JALAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi
diartikan sebagai usaha pemindahan atau pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi
yang lainnya dengan menggunakan suatu alat tertentu. Dengan demikian maka transportasi
memiliki dimensi seperti lokasi (asal dan tujuan), alat (teknologi) dan
keperluan tertentu (Miro,1997). Sistem transportasi selalu berhubungan dengan
kedua dimensi tersebut, jika salah satu dari ketiga dimensi tersebut tidak ada
maka bukanlah termasuk transportasi. (Fidel Miro, 2005)
Perkembangan
kebutuhan ruang akan disertai dengan semakin meningkatnya interaksi antar ruang
kegiatan yang dicerminkan oleh peningkatan intensitas pergerakan penduduk.
Kegiatan pergerakan inilah yang disebut kegiatan perangkutan, yaitu kegiatan
yang terjadi karena adanya perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke
tempat lainnya. Seiring dengan peningkatan pergerakan barang dan orang, maka
tuntutan dalam penyediaan jaringan jalan semakin meningkat pula, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Peningkatan jaringan jalan tersebut tentunya harus
mampu mengimbangi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang relatif lebih
cepat. Bila tidak terdapat keseimbangan, seringkali akan menimbulkan masalah
lalu lintas. Jika kapasitas jalan tetap, sedangkan jumlah pemakai jalan
meningkat, maka akan menimbulkan kemacetan lalu lintas.
Kota
Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah dengan tingkat kepadatan penduduk yang
cukup tinggi. Sebagai ibukota dari provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang juga
melayani daerah – daerah di sekitarnya termasuk dalam pelayanan transportasi.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai penduduk yang bertempat tinggal di luar
Kota Semarang, melakukan aktivitasnya di Kota Semarang. Sehingga terjadi
peningkatan volume lalu lintas pada jam – jam tertentu di beberapa titik
perbatasan Kota Semarang akibat dari keluar masuknya kendaraan menuju Kota
Semarang. Volume lalu lintas ini dapat dipengaruhi oleh hambatan samping yang
terjadi saat itu.
Kecamatan
Tembalang merupakan salah satu kecamatan yang sibuk di Kota Semarang, karena
Kecamatan Tembalang adalah tempat dimana Universitas Diponegoro bertempat.
Peningkatan volume lalu lintas terjadi di jalan Porf. Soedarto (Gsg –
Polines) setiap harinya pada jam – jam
tertentu. Oleh karena itu mengetahui
arus lalu lintas yang masuk dan keluar dari jalan Porf. Soedarto (Gsg –
Polines) menuju Kota Semarang maupun
menuju kampus dirasa perlu guna
menghitung tingkat pelayanan jalan pada Kota Semarang sehingga dapat dijadikan pedoman untuk
pembangunan kedepan.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan
dan sasaran dari penyusunan laporan
tugas mingguan Elemen dan Sistem
Transportasi adalah sebagai berikut.
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan tugas
Elemen Sistem Trasportasi ini adalah survey lalu lintas perhitungan hambatan
samping yang terjadi Porf. Soedarto (Gsg – Polines) Kecamatan Tembalang.
1.2.2 Sasaran
Sasaran
yang disusun dalam mencapai tujuan diatas diantaranya ;
a.
Identifikasi
geometri jalan
b.
Identifikasi
jenis hambatan samping
c.
Menghitung
kapasitas jalan di Prof. Soedarto (Gsg – Polines) Kecamatan Tembalang.
d.
Menganalisis
hasil perhitungan kapasitas jalan di Prof. Soedarto (Gsg – Polines) Kecamatan
Tembalang.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang
lingkup pada laporan tugas ini terbagi menjadi ruang lingkup wilayah dan ruang
lingkup wilayah materi.
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang
lingkup pada laporan tugas ini ruang lingkup wilayah mikro.Ruang lingkup daerah
mikro berada di jalan Porf. Soedarto (Gsg – Polines) Kecamatan Tembalang. Jalan
Porf. Soedarto (Gsg – Polines) Kecamatan Tembalang merupakan akses utama
mahasiswa Universitas Diponegoro untuk menuju kampus.
1.3.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang
lingkup materi pada laporan tugas Elemen dan Sistem Trsportasi membahas
mengennai tingkat pelayanan yang meliputi perhitungan volume dan pengukuran
lebar jalan Porf. Soedarto (Gsg – Polines) Kecamatan Tembalang.
1.4 Sistematika Pembahasan
Sistematika
Pembahasan pada laporan tugas Eleman dan Sistem Trasportasi adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab
ini berisikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup serta
sistematika pembahasan dalam laporan tugas Eleman dan Sistem Trasportasi.
BAB II KAJIAN TEORI
Kajian
teori membahas mengenai pemahaman terhadap materi, teori maupun perhitungan yag
digunakan dalam laporan tugas Eleman dan Sistem Trasportasi..
BAB III PEMBAHASAN
Berisikan
tentang hasil dan pembahasan dalam laporan tugas Eleman dan Sistem Trasportasi.
BAB IV PENUTUP
Penutup
menjelaskan kesimpulan atas hasil dari pembahasan dalam laporan tugas Eleman
dan Sistem Trasportasi.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Kapasitas Jalan
Pengertian dari kapasitas jalan menurut R.J. Salter (1976) mendefinisikan
kapasitas yaitu: “Capacity has been defined as the flow which produces minimum acceptable
journey speed and also the maximum traffic volume for comfortable free flow
conditions”. Menurut MKJI (1997) mendefinisikan
kapasitas jalan adalah sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang
dapat dipertahankan per-satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur
dua arah, kapasitas ruas jalan ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua
arah) , tetapi jalan dengan banyak lajur, arus dipisah per arah dan kapasitas
ditentukan per lajur.
Dalam MKJI, kapasitas ruas jalan
dibedakan untuk: jalan
perkotaan (urban road), jalan luar kota (inter-urban road),
dan jalan bebas hambatan (motorway). Untuk memudahkan membedakan antara jalan perkotaan dan jalan luar
kota, dalam buku MKJI memberi ciri/karakteristik jalan perkotaan/semi
perkotaan yang dapat dilihat dari:
a.
Terdapatnya kawasan terbangun secara permanen dan menerus sepanjang seluruh
atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan.
b.
Jalan pada daerah perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000 jiwa selalu
digolongkan dalam kelompok ini.
c.
Jalan pada daerah perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa
digolongkan dalam kelompok ini, jika mempunya kawasan terbangun secara permanen
dan menerus seperti pada butir pertama, mempunyai karakteristik arus lalu-lintas jam puncak pagi dan sore hari lebih tinggi,
dan komposisi lalu-lintas sepeda motor dan kendaraan pribadi yang sangat
dominan, sementara komposisi jenis kendaraan truk adalah rendah.
Berikut persamaan dasar untuk
menghitung kapasitas ruas jalan dalam MKJI (1997) adalah sebagai berikut:
Jalan
Perkotaan : C = Co x FCw x FCSP x FCSF x
FCCS
Jalan Luar Kota :
C =
Co x FCw x FCSP x FCSF
Jalan Bebas Hambatan : C = Co x FCw x FCSP
Dimana : C = kapasitas ruas jalan (smp/jam)
Co =
kapasitas dasar (smp/jam)
FCw =
faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas
FCSP = faktor penyesuaian pemisahan arah
FCSF = faktor penyesuaian akibat hambatan samping
FCCS = faktor penyesuaian ukuran kota
Dari keterangan di atas, nilai dari tiap keterangan
telah ditentukan dan memiliki standar masing – masing di MKJI 1997. Di bawah
ini merupakan tabel untuk menghitung kapasitas menurut MKJI 1997.
a.
Kapasitas dasar (Co) ditetapkan
dengan melihat tabel berikut.
Kapasitas Dasar Ruas Jalan
Tipe Jalan
|
Kapasitas
dasar (smp/jam)
|
Catatan
|
Enam atau empat lajur terbagi atau jalan
satu arah
|
1.650
|
Per Lajur
|
Empat Lajur tak terbagi
|
1.500
|
Per Lajur
|
Dua lajur tak terbagi
|
2.900
|
Total dua arah
|
b.
Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu-lintas (FCw) sesuai dengan MKJI 1997.
Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk
Lebar Jalur Lalu Lintas
Tipe Jalan
|
Lebar jalur Lalu-lintas efektif (Wc)(m)
|
FCw
|
Enam atau empat lajur
terbagi atau jalan satu arah (6/2 D) atau (4/2 D)
|
Per lajur
|
|
3,00
|
0,92
|
|
3,25
|
0,96
|
|
3,50
|
1,00
|
|
3,75
|
1,04
|
|
4,00
|
1,08
|
|
Empat lajur tak terbagi (4/2 D)
|
Per lajur
|
|
3,00
|
0,91
|
|
3,25
|
0,95
|
|
3,50
|
1,00
|
|
3,75
|
1,05
|
|
4,00
|
1,09
|
|
Dua lajur tak terbagi (2/2 D)
|
Total dua arah
|
|
5,0
|
0,56
|
|
6,0
|
0,87
|
|
7,0
|
1,00
|
|
8,0
|
1,14
|
|
9,0
|
1,25
|
|
10,0
|
1,29
|
|
11,0
|
1,34
|
sumber: MKJI, 1997.
c.
Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCSP) sesuai dengan aturan di MKJI 1997.
Faktor
Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisah Arah
Pemisahan arah SP %-%
|
50-50
|
55-45
|
60-40
|
65-35
|
70-30
|
|
FCsp
|
Dua Lajur (2-2)
|
1,00
|
0,97
|
0,94
|
0,91
|
0,88
|
Empat lajur (4/2)
|
1,00
|
0,99
|
0,97
|
0,96
|
0,94
|
sumber: MKJI, 1997.
d.
Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (FCSF) ditentukan dengan mengacu pada kelas hambatan samping (side
friction). Kelas hambatan samping ditentukan berdasarkan total
jumlah (frekwensi) kejadian dikali dengan faktor bobot menurut tipe kejadian
pada setiap 200 m segmen jalan.
Tabel II. 4
Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Hambatan Samping
dengan Jarak Kreb – Penghalang
Tipe jalan
|
Kelas hambatan samping (SFC)
|
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan
Jarak kereb-penghalang
|
|||
Jarak kereb - penghalang Wk (m)
|
|||||
≤0,5 m
|
1,0 m
|
1,5 m
|
≥ 2m
|
||
Empat lajur terbai 4/2 D
|
VL
|
0,95
|
0,97
|
0,99
|
1,01
|
L
|
0,94
|
0,96
|
0,98
|
1,00
|
|
M
|
0,91
|
0,93
|
0,95
|
0,98
|
|
H
|
0,86
|
0,89
|
0,92
|
0,95
|
|
VH
|
0,81
|
0,85
|
0,88
|
0,92
|
|
Empat lajur tak terbagi 4/2 UD
|
VL
|
0,95
|
0,97
|
0,99
|
1,01
|
L
|
0,93
|
0,95
|
0,97
|
1,00
|
|
M
|
0,90
|
0,92
|
0,95
|
0,97
|
|
H
|
0,84
|
0,87
|
0,90
|
0,93
|
|
VH
|
0,77
|
0,81
|
0,85
|
0,90
|
|
Dua lajur tak terbagi 2/2 UD atau jalan satu arah
|
VL
|
0,93
|
0,95
|
0,97
|
0,99
|
L
|
0,90
|
0,92
|
0,95
|
0,97
|
|
M
|
0,86
|
0,88
|
0,91
|
0,94
|
|
H
|
0,78
|
0,81
|
0,84
|
0,88
|
|
VH
|
0,68
|
0,72
|
0,77
|
0,82
|
sumber: MKJI, 1997.
e.
Faktor
Penyesuaian Ukuran Kota
Faktor penyesuaian ukuran kota di sini didapat dari
jumlah penduduk pada wilayah yang menjadi lokasi studi. Dari kisaran jumlah
penduduk tersebut telah ditentukan nilai faktor penyesuaiannya di MKJI 1997.
Tabel II. 5
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
Ukuran kota (juta penduduk)
|
Faktor penyesuaian untuk ukuran kota
|
< 0,1
|
0,90
|
0,1-0,5
|
0,93
|
0,5-1,0
|
0,95
|
1,0-3,0
|
1,00
|
>3,0
|
1,03
|
sumber: MKJI, 1997.
2.2 Geometri Jalan
Geometrik jalan didefinisikan sebagai
suatu bangun jalan raya yang menggambarkan tentang bentuk/ukuran jalan raya
baik yang menyangkut penampang melintang, memanjang, maupun aspek lain yang
terkait dengan bentuk fisik jalan. Geometrik suatu jalan terdiri dari
beberapa unsur fisik dari jalan sebagai berikut :
·
Tipe
Jalan = berbagai tipe jalan akan menunjukkan kinerja berbeda pada pembebanan
lalu-lintas tertentu; misalnya jalan terbagi dan tak-terbagi; jalansatu-arah.
·
Lebar
jalur lalu-lintas = kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan
pertambahan lebar jalur lalu lintas.
·
Kereb
= kereb sebagai batas antara jalur lalu-lintas dan trotoar berpengaruhterhadap
dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan. Kapasitas jalan dengan
kereb lebih kecil dari jalan dengan bahu. Selanjutnya kapasitas berkurang jika
terdapat penghalang tetap dekat tepi jalur lalu-lintas , tergantungapakah jalan
mempunyai kereb atau bahu.
·
Bahu
= jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu padakedua sisi jalur
lalu-lintasnya. Lebar dan kondisi permukaannya mempengaruhi penggunaan bahu,
berupa penambahan kapasitas, dan kecepatan pada arustertentu , akibat
pertambahan lebar bahu, terutama karena penguranganhambatan samping yang
disebabkan kejadian di sisi jalan seperti kendaraanangkutan umum berhenti,
pejalan kaki dan sebagainya.
·
Median
= median yang direncanakan dengan baik meningkatkan kapasitas.
·
Alinyemen
jalan = lengkung horizontal dengan jari-jari kecil mengurangikecepatan arus
bebas. Tanjakan yang curam juga mengurangi kecepatan arus bebas. Karena secara
umum kecepatan arus bebas di daerah perkotaan adalahrendah maka pengaruh ini
diabaikan.
2.3 Komposisi Arus dan Pemisahan Arah
·
Pemisahan
arah lalu-lintas = kapasitas jalan dua arah paling tinggi pada pemisahan arah
50 – 50, yaitu jika arus pada kedua arah adalah sama pada periode waktu yang
dianalisa (umumnya satu jam).
·
Komposisi
lalu-lintas = komposisi lalu-lintas mempengaruhi hubungankecepatan-arus jika
arus dan kapasitas dinyatakan dalam kendaraan per jam,yaitu tergantung pada
rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus lalu-lintas . jika arus dan
kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp),maka kecepatan
kendaraan ringan dan kapasitas (smp/jam) tidak dipengaruhioleh komposisi
lalu-lintas.
2.4 Hambatan Samping
Hambatan
samping juga mempengaruhi volume lalu lintas. Jenis hambatan samping menurut
MKJI 1997 adalah sebagai berikut.
1.
Pejalan kaki atau menyebrang sepanjang segmen jalan.
2. Kendaraan
berhenti dan parkir.
3. Kendaraan
bermotor yang masuk dan keluar ke/dari lahan samping jalan dan jalan sisi.
4. Kendaraan
yang bergerak lambat, yaitu sepeda, becak, delman, pedati, traktor, dan sebagainya.
Dari jenis hambatan samping di atas,
terdapat faktor bobot ketentuan kelas hambatan samping dalam mempengaruhi
volume lalu lintas, yaitu sebagai berikut.
Tabel II. 6
Faktor Bobot Hambatan Samping
Tipe Kejadian Hambatan Samping
|
Simbol
|
Faktor bobot
|
Pejalan kaki
|
PED
|
0,5
|
Parkir, kendaraan berhenti
|
PSV
|
1,0
|
Kendaraan masuk + keluar
|
EEV
|
0,7
|
Kendaraan hambat
|
SMV
|
0,4
|
sumber: MKJI, 1997.
Tabel II. 7
Ketentuan Kelas Hambatan Samping
Kelas Hambatan Samping (SFC)
|
Kode
|
Jumlah berbobot kejadian per 200 m (kedua
sisi)
|
Kondisi khas
|
Sangat rendah
|
VL
|
<100
|
Daerah permukiman: jalan dengan jalan samping
|
Rendah
|
L
|
100-29
|
Daerah permukiman:
beberapa kendaraan umum, dst
|
Sedang
|
M
|
300-499
|
Daerah industri: beberapa toko di jalan raya
|
Tinggi
|
H
|
500-899
|
Daerah komersial:
aktivitas sisi jalan tinggi
|
Sangat tinggi
|
VH
|
>900
|
Daerah komersial dengan aktivitas oasar di samping jalan
|
Sumber: MKJI, 1997.
Adapun Faktor- Faktor
Hambatan Samping yang mempengaruhi aktivitas jalan, antara lain :
1. Faktor Pejalan Kaki
Aktifitas pejalan kaki merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
nilai kelas hambatan samping, terutama pada daerah-daerah yang merupakan
kegiatan masyarakat seperti pusat-pusat perbelanjaan. Banyak jumlah pejalan
kaki yang menyebrang atau berjalan pada samping jalan dapat menyebabkan
laju kendaraan menjadi terganggu. Hal ini semakin diperburuk oleh
kurangnya kesadaran pejalan kaki untuk menggunakan fasilitas-fasilitas jalan
yang tersedia, seperti trotoar dan tempat-tempat penyeberangan.
2. Faktor kendaraan parkir dan berhenti
Kurangnya tersedianya lahan parkir yang memadai bagi kendaraan dapat
menyebabkan kendaraan parkir dan berhenti pada samping jalan. Pada
daerah-daerah yang mempunyai tingkat kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi,
kendaraan parkir dan berhenti pada samping jalan dapat memberikan pengaruh
terhadap kelancaran arus lalu lintas.
Kendaraan parkir dan berheti pada samping jalan akan mempengaruhi
kapasitas lebar jalan dimana kapasitas jalan akan semakin sempit karena pada
samping jalan tersebut telah diisi oleh kendaraan parkir dan berhenti.
3. Faktor kendaraan masuk/keluar pada samping jalan
Banyaknya kendaraan masuk/keluar pada samping jalan sering menimbulkan berbagai
konflik terhadap arus lalu lintas perkotaan. Pada daerah-daerah yang lalu
lintasnya sangat padat disertai dengan aktifitas masyarakat yang cukup tinggi,
kondisi ini sering menimbulkan masalah dalam kelancaran arus lalu lintas.
Dimana arus lalu lintas yang melewati ruas jalan tersebut menjadi terganggu
yang dapat mengakibatkan terjadinya kemacetan.
4. Faktor kendaraan lambat
Yang termasuk dalam kendaraan lambat adalah becak, gerobak dan sepeda. Laju
kendaraan yang berjalan lambat pada suatu ruas jalan dapat menggaggu
aktifitas-aktifitas kendaraan yang yang melewati suatu ruas jalan. Oleh karena
itu kendaraan lambat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya nilai kelas hambatan samping.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Hambatan Samping
Hambatan
samping merupakan dampak dari aktivitas samping ruas jalan yang menyebabkan
penurunan kapasitas dan kinerja jalan perkotaan (MKJI, 1997). Dari survey yang
telah dilakukan, hambatan samping yang diperoleh yaitu pejalan kaki, sepeda dan
becak, kendaraan parkir dan kendaraan yang berbelok.
a. Hambatan samping hari Selasa pagi
Hambatan Samping Kamis Pagi
HAMBATAN
|
JUMLAH PERISTIWA
|
BOBOT
|
JUMLAH PERISTIWA BERBOBOT
|
Pejalan kaki
|
152
|
0.5
|
76
|
Parkir, kendaraan
berhenti
|
77
|
0.4
|
30.8
|
Kendaraan masuk +
keluar
|
1,422
|
1
|
1422
|
Kendaraan lambat
|
1,100
|
0.7
|
770
|
Total
|
2751
|
2298.8
|
Sumber : Analisis EST Kelompok 8, 2016
b. Hambatan samping hari Selasa sore
Hambatan Samping Kamis Sore
HAMBATAN
|
JUMLAH PERISTIWA
|
BOBOT
|
JUMLAH PERISTIWA
BERBOBOT
|
Pejalan kaki
|
225
|
0.5
|
112.50
|
Parkir, kendaraan
berhenti
|
106
|
0.4
|
42.40
|
Kendaraan masuk +
keluar
|
2,339
|
1
|
2,339.00
|
Kendaraan hambat
|
2,114
|
0.7
|
1,479.80
|
Total
|
4784
|
3,973,70
|
Sumber : Analisis
EST Kelompok 8, 2016
c. Hambatan samping hari Minggu pagi
Hambatan Samping Minggu Pagi
HAMBATAN
|
JUMLAH PERISTIWA
|
BOBOT
|
JUMLAH PERISTIWA
BERBOBOT
|
Pejalan kaki
|
182
|
0.5
|
91
|
Parkir, kendaraan
berhenti
|
86
|
0.4
|
34
|
Kendaraan masuk +
keluar
|
994
|
1
|
994
|
Kendaraan hambat
|
797
|
0.7
|
558
|
Total
|
3,059
|
1,677
|
Sumber : Analisis EST Kelompok
8, 2016
Tabel
III. 4
Hambatan Samping Minggu Sore
HAMBATAN
|
JUMLAH PERISTIWA
|
BOBOT
|
JUMLAH PERISTIWA
BERBOBOT
|
Pejalan kaki
|
199
|
0.5
|
99.50
|
Parkir, kendaraan berhenti
|
86
|
0.4
|
34.40
|
Kendaraan masuk + keluar
|
678
|
1
|
678.00
|
Kendaraan hambat
|
843
|
0.7
|
590.10
|
Total
|
1,806
|
1,402
|
Sumber : Analisis EST Kelompok 8, 2016
Dari
hasil survey yang telah diperoleh, hambatan samping yang paling besar di terjadi
di hari Selasa sore sebesar 3,973,70. Kapasitas jalan di jalan Porf. Soedarto (Gsg – Polines)
termasuk kelas hambatan samping (SFC) menengah.
3.2 Kapasitas
Jalan
Kapasitas
jalan merupakan jumlah lalu lintas kendaraan maksimal yang dapat ditampung pada
ruas jalan selama kondisi tertentu (MKJI, 1997). Pada penghitungan kapasitas
jalan, data yang diperlukan yaitu kapasitas dasar, faktor penyesuaian lebar
jalan, faktor penyesuaian pemisah arah, faktor penyesuaian hambatan samping dan
ukuran kota (jumlah penduduk). Nilai – nilai dari faktor – faktor tersebut
telah di atur di MKJI tahun 1997 dengan tipe jalan 4 lajur – 2 jalur – terbagi.
Perhitungan kapasitas jalan di jalan Porf. Soedarto (Gsg – Polines) Kecamatan
Tembalang.adalah sebagai berikut.
C
= CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
=
1.650 (4) x 0,92 (4) x 1,00 x 0,95 x 1,00
Tabel
III. 5
Kapasitas Jalan
CO
|
FCW
|
FCSP
|
FCSF
|
FCCS
|
C
|
Kapasitas dasar
(smp/jam)
|
Lebar lajur lalu lintas
efektif 3 m
|
Penyesuaian pemisah arah 50
– 50
|
Jarak kreb ke penghalang
2 m
|
Jumlah penduduk 1.0 – 3.0
juta penduduk
|
Kapasitas (smp/jam)
|
1.650 (4) = 6.600
|
0,92
(4) = 3,68
|
1,00
|
0,95
|
1,00
|
23.073,6
|
Sumber : Analisis EST Kelompok 8, 2016
Dari
hasil survey yang telah dilakukan, kapasitas jalan Porf. Soedarto (Gsg –
Polines) Kecamatan Tembalang. adalah 23.073,4 smp/jam.
Kapasitas dasar diperoleh dari aturan pada MKJI tahun 1997 dengan melihat tipe
jalannya 4/2UD yakni 1650 per lajur karena memiliki 4 lajur maka di kali 4
sehingga di peroleh kapasitas dasar 6600 smp/jam. Untuk lebar lajur 3 meter dengan
tipe jalan 4/2 UD maka diperoleh nilai lebar jalur yaitu 30,92 yang diperoleh dari
nilai dasar lebar jalur 3 meter 0,92
kemudian di kali 4 karena tipe jalan di Porf.
Soedarto (Gsg – Polines) Kecamatan Tembalang. adalah 4/2 UD (4
lajur terbagi), dengan pemisah arah 50 – 50 sebesar 1.
Selain itu diperoleh nilai jarak kreb ke penghalang 2 meter sebesar 0,95 dengan
jumlah penduduk 1 – 3 juta penduduk dengan nilai 1. Dari nilai – nilai tersebut
dikalikan dan akan dihasilkan nilai kapasitas jalan Porf. Soedarto (Gsg –
Polines) Kecamatan Tembalang yakni sebesar 23.073,6.
Komentar
Posting Komentar